Minggu, 19 Januari 2014

INI Lohhh ... Masjid Kebanggaan Provinsi Jambi ... Masjid Al-Falah/ Masjid Seribu Tiang


Masjid Al-Falah, Masjid Kebanggaan Provinsi Jambi
MEMPERTAHANKAN ARSITEKTUR DAN DESIGN MASJID
Pengembangan dan pengelolaan suatu sarana ibadah merupakan faktor sangat penting. Tujuannya agar setiap umat manusia yang telah diberi hak untuk memperoleh kenyamanan dalam melaksanakan Ibadah. Oleh karena itu, pemerintah Provinsi Jambi juga memberikan perhatian khusus tentang hal itu yang ditandai dengan berdirinya masjid agung Al-Falah. Dengan adanya masjid ini diharapkan agar umat Islam bisa memanfaatkan semaksimal mungkin khususnya dalam hal ibadah.”
RIRIN, Jambi
Masji agung Al-Falah atau yang lebih dikenal dengan masjid seribu tiang ini adalah masjid terbesar yang ada di Provinsi Jambi. Masjid yang menjadi kebanggaan masyarakat Jambi ini terletak di Jalan Sultan Thaha Nomor 60 Kelurahan Legok Kecamatan Telanai Pura atau lebih tepatnya berada di pusat Kota Jambi. Pada dasarnya masjid di sebut seribu tiang bukan karena jumlah tiangnya ada 1000, tetapi jumlah tiang yang sebenarnya adalah 256. Namun karena jumlah tersebut memang banyak, maka di sebut seribu tiang.
Masjid ini memiliki luas bangunan 6400 meter persegi, dan berdiri di atas tanah seluas 2,7 hektar. Dalam luas tersebut, masji ini mampu menampung sekitar 10 ribu jamaah. Menurut Rajo Bungsu selaku imam madjid mengungkapkan bahwa masjid ini juga sering dikunjungi oleh ulama-ulama terkenal, salah satunya adalah almarhum KH Abdurrahman Wahid, Syech Ali Jabir, Ustazd Soleh Mahmud dan Zainudin Fikri (anak almarhum KH Zainuddin MZ).
Almarhum Gusdur dulu pernah singgah dan sholat di masjid ini, waktu masih menjabat sebagai Presiden RI. Kemudian wakil presiden Boediono, juga pernah singgah sholat Jum’at di masjid, kalau dak salah sekitar tiga tahun yang  lalu,” ungkapnya.
Rajo Bungsu juga menambahkan bahwa selain banyaknya jumlah ulama terkenal yang datang ke masjid, masjid Al-Falah ini juga pernah mendapatkan juara di tingkat nasional mengenai bidang riayah atau pemeliharaan pembangunan. Mendapatkan juara karena menurut penilaian juri bahwa masjid Al-Falah mampu memelihara arsitektur dan design masjid.
Rajo Bungsu juga menjelaskan bahwa tokoh dan ulama masyarakat yang ikut memprakarsai pembangunan masjid seribu tiang ini adalah Drs H Abdurrahman Sayoeti, Prof Syekh H Muhammad O Bafadhal, Prof DR H Chatib Quzuwain, Prof DR H Sulaiman Abdullah, H Abdul Kadir Ibrahim, H Saman Muhi, H Nurdin Abdul Ghani, Muhammad Daud (Al Hafizh), H Muhammad Jadawie, H Muhammad Yusuf Dahali, H Muhammad Zuhdito, H Said Magwie, Drs H Hasyip Kalimuddin Syam, H Majid Ghaffar, H Abdul Kadir Aripin dan juga beberapa tokoh lainnya.
Sejarah Pembangunan Masjid
Masjid Agung Al-Falah ini dibangun diatas lahan tanah sebesar 2,7 Ha dan memiliki luas bangunan sebesar 6400 meter persegi. Masjid yang terbesar di Kota Jambi ini, pada waktu pembangunannya cukup memakan waktu yang lama, yakni kurang lebih sekitar 10 tahun. Karena menurut Rajo Bungsu pembangunannnya dimulai dari tahun 1970 sampai dengan 1980. Namun pada dasarnya untuk perencanaan pembangunan masjid itu idenya sudah sejak tahun 1960.
Berdasarkan cerita dari Junaidi T Noor selaku sejarawan Jambi, mengatakan bahwa masjid agung Al Falah itu berdiri di lahan bekas Istana Tanah Pilih dari Sultan Thaha Syaifudin. Karena pada tahun 1858, saat terpilih menjadi sultan di kesultanan Jambi, Sultan Thaha Syaifudin membatalkan semua perjanjian yang dibuat Belanda dengan mendiang ayahandanya, karena perjanjian tersebut sangat merugikan kesultanan Jambi.
Akhirnya, Belanda mengancam akan menyerang Istana. Namun sebelum niatnya kesampaian ternyata Sultan Thaha telah lebih dulu menyerang pos Belanda yang ada di daerah Kumpe. Maka Belandapun juga menyerang dan menghancurkan istana Sultan Thaha,” lanjut Junaidi.
Kemudian pada tahun 1906, lokasi lahan Tanah Pilih yang dihancurkan oleh Belanda tersebut dijadikan sebagai asrama tentara Belanda. Namun dengan perjuangan yang gigih, akhirnya lokasi tersebut dapat dikuasai kembali oleh pemerintah Sultan Thaha. Setelah itu, lokasi Tanah Pilih ini menjadi markas asrama para tentara Jambi. Setelah itu, para ulama sepakat untuk merelokasi asrama tentara untuk dibangun sebuah masjid. Salah satu alasan dibangunnya masjid dilokasi tersebut karena lambang Jambi mengacu pada gambar masjid.
Kemudian sekitar tahun 1960 perancangan desain masjid sudah ditentukan. Namun untuk pelaksanaanya baru dibangun pada tahun 1970. Untuk dananya berasal dari APBD Provinsi Jambi. Setelah selesai dibangun, yaitu sekitar tahun 1980 dalam jangka kurang lebih sekitar tiga tahun barulah masjid tersebut diresmikan. Tepatnya setelah diproklamasikannya kemerdekaan Negara Republik Indonesia, dan tepat pada tanggal 29 September 1980, Masjid Agung Al-Falah ini diresmikan oleh Bapak Soeharto, yang menjabat sebagai Presiden RI pada waktu itu.
Pemberian Nama Masjid
Setiap sesuatu yang telah dibangun diperlukan suatu nama. Tujuannya adalah sebagai identitas yang sifatnya secara spesifik dapat melambangkan berbagai keunggulan dan kelebihan. Oleh karena itu setelah masjid tersebut dibangun, maka beberapa masyarakat Jambi pun menginginkan agar masjid tersebut mempunyai nama. Kemudian banyak nama alternatif yang timbul, namun para Ulama sepakat untuk memberikan sebutan masjid Al-Falah yang berarti Kemenangan. Makna dari nama Al-Falah itu adalah kehidupan manusia di dunia itu harus memperolah kemenangan, yaitu dnegan cara mempertebal keimanan, ketaqwaan dan juga menjalankan berbagai aktifitas sesuai dengan jalan Allah.
“Kalau untuk nama masjid seribu tiang itu lahir dari pendatang yang singgah di masjid. Karena melihat banyaknya tiang penyangga masjid, maka tanpa disadari pengunjung itu menyebut nama masjid seribu tiang, dan sejak saat itulah hingga saat ini masjid Al-Falah lebih dikenal dengan nama masjid seribu tiang,” ungkap Junaidi.
Keunikan Arsitektur dan Design Masjid Al-Falah
Masjid Agung Al-Falah ini merupakan masjid yang menjadi kebanggaan serta kemasyuran masyarakat Jambi. Damal hal ini, masjid Al-Falah mempunyai keunikan tersendiri, yaitu banyaknya tiang penyangga dan juga adanya sebuah kubah besar di bagian atasnya dengan warna beragam dan tulisan kaligrafi yang terbuat dari kaca. Masjid ini tidak memiliki dinding kecuali pada bagian Barat dan bagian Mihrab.
Dalam hal ini, bentuk bangunan Masjid Agung Al-Falah memiliki konsep terbuka atau tanpa sekat yang menimbulkan kesan ramah. Pada bagian tengah dihiasi dengan ornamen ukiran kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an, nama Allah, nama Nabi SAW dan Khulafaur Rasyidin yang dilengkapi dengan sebuah Bedug yang terletak dibagian depan Masjid.
“Rancangan bangunan yang terbuka tanpa pintu dan jendela,  itu memang sejalan dengan nama masjid yaitu kemenang yang bermakna memiliki kebebasan tanpa kungkungan, lebih terbuka tujuannya tidak lain agar muslim manapun bebas masuk dan melaksanakan ibadah di masjid ini,” ungkap Fachrori Umar selaku ketua masjid.
Hingga saat ini, bentuk arsitektur dari masjid tetap dipertahankan sesuai dengan bentuk awalnya. Menurut Mislan, renovasi memang ada namun itu hanya sekedar penambahan ukiran pada mihrab imam tanpa merombak bentuk awal masjid dan juga mengganti pembungkus tiang pada tahun 2008 yang lalu.
Kegiatan Rutin Masjid
Usaha Ta’mirul masjid atau memakmurkan masjid itu merupakan syarat penting dalam pembangun sebuah masjid. Oleh karena itu, selain dari aktifitas ibadah rutin, perlu juga dilengkapi dengan kegiatan yang lain. Dalam hal ini, masjid Al-Falah mempunyai beberapa kegiatan. Mulai dari kegiatan harian seperti sholat maktubah dan nafilah, baik bagi karyawan, Remaja masjid, Pelajar, masyarakat dan sebagainya. Kemudian juga kegiatan ceramah, bimbingan tempat manasik Haji dan Umrah dan juga pengajian setiap hari. Selain kegiatan harian, ada juga keiatan mingguan, diantaranya adalah aktifitas sholat Jum'at yang disiarkan langsung oleh RRI dan TVRI (Insidentil), Pengajian Majelis Ta'lim, BKMT, dan Pengajian Alhidayah serta Forsa yang rutin diadakan setiap hari Selasa.
Sedangkan untuk kegiatan bulanannya adalah pengajian Al Qur'an bagi remaja, Tabligh dan Tausiah serta pengajian masyarakat Intelektual. Namun ada juga kegiatan tahunan seperti menyambut tahun baru Hijriah, peringatan Isra' dan Mi'raj, peringatan Maulid Nabi, peringatan Nuzulul Qur'an, sholat Tarawih dengan Imam Tahfis 30 Juz setiap bulan Ramadhan, tadarus Al- Qur'an oleh IPQAH Provinsi Jambi, buka puasa bersama pada bulan Ramadhan, sholat I’dain (Idul Fitri dan Idul Adha) dan juga menyelenggarakan penyembelihan Hewan Qurban pada Idul Adha.
“Namun kalau setiap bulan Ramadhan itu kegiatan di masjid ini lebih banyak dan yang menjadi salah satu program masjid yang cukup menarik adalah tadarus Alquran yang setiap malamnya dan disiarkan langsung oleh RRI Jambi. Tadarus ini di isi oleh qori dan qoriah terbaik Provinsi Jambi termasuk para hafizh (penghapal Alquran) di provinsi Jambi,” ujar Rajo Bungsu.
Namun, untuk kegiatan yang lainnya itu juga ada tentang pemberantasan buta aksara arab, menyediakan pembinaan untuk para muallaf, wirid setiap malam Jum’at, pengajian setiap Jum’at, pengajian Subuh, i’tikaf setiap 10 hari terakhir atau waktu ganjil pada bulan suci ramadhan dan ada juga pramuka masjid untuk anak-anak yang berada di sekitar masjid Al-Falah.(rin)
MASJID KEBANGGAAN, HARUS MENJAGA FUNGSI DAN ARSITEKTURNYA
Sebagai masjid kebanggaan, sudah selayaknya jika masjid Al-Falah ini harus dijaga dan dilestarikan bentuk bangunan awalnya. Karena fungsi dari masjid ini adalah sebagai sarana untuk menimba ilmu pengetahuan baik untuk anak-anak, remaja ataupun yang tua. Yaitu melalui naungan pendidikan sekolah Al-Falah, kemudian juga pengajian. Pengajian tersebut tergabung dalam beberapa kelompok, mulai dari kelompok Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), Forum Organisasi Silaturrahhim Antar Pengajian (Forsap), maupun Pengajian Antar Maghrib-Isya (PAMI) dan sebagainya. Selain itu, fungsi yang lainnya adalah sebagai sarana peningkatan dakwah Islamiyah dan silaturahmi, baik dikalangan mahasiswa, cendikiawan dan juga para pengurus remaja masjid.
“Masjid inikan sebagai simbol kemasyhuran dan cita-cita masyarakat Jambi, jadi harus mengedepankan pengamalan agama dalam berbangsa dan bernegara, sesuai dengan lambang Negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah yang memiliki sebuah gambar Masjid, Gong dan Keris Siginjai yang dilengkapi pula dengan Air Sungai Batanghari,” ungkap Fachrori Umar.
Oleh karena itu, untuk tetap menjaga bentuk awal dari masjid bersejarah ini, renovasi masjid boleh saja dilakukan tetapi harusnya tidak menghilangkan bentuk semula dari masjid tersebut. Apalagi Masjid Al-Falah itu merupakan salah icon mewah yang ada di Jambi yang bisa menarik wisatawan. Jadi aritektur unik yang meliputi tiang penyangga yang menjadi ciri khas masjid dan juga hiasan kaligrafi al-Qur’an itu harus tetap dijaga.
"Jadi bentuk bangunan masjid tersebut harus dilestarikan, apalagi masjid merupakan salah satu masjid icon Jambi. Jadi dengan adanya ciri khas dari bangunan itulah nantinya juga dapat dijadikan salah satu daya tarik wisata di kota ini, oleh karena itu kegiatan dan ormanen bangunan itu selalu dipelihara," tambahnya.
Oleh karena itu, selaku ketua masjid Fachrori berharap agar ke depannya masjid ini bisa lebih meningkatkan kegiatan keagamaan, kemudian juga pengurusnya lebih kompak karena kalau pengurusnya kompak, cara memakmurkan masjid itu nantinya memang akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan.(rin)

Tidak ada komentar: