Minggu, 19 Januari 2014

PENJUAL DODOL NANAS JAMBI, MENDAPAT PENGHARGAAN DARI PRESIDEN RI


H. Baso Intang, SE (46) Pembisnis Usaha Kecil yang Mendapat Penghargaan dari Presiden SBY
BERAWAL SEBAGAI PENJUAL NANAS, MENDAPAT PENGHARGAAN DARI PRESIDEN RI
Sumber daya manusia yang baik, kreatif sera inovatif merupakan ciri khas tersendiri bagi pemilik usaha kecil ini. Bagaimana tidak, di tengah munculnya berbagai macam makanan, masayarakat Tngkit baru memanfaatkan penghasilan dari daerahnya, yakni dodol nanas.”
RIRIN, Jambi
Pria kelahiran Jambi, 15 November 1967 ini sudah sejak tahun 1992 menekuni usaha sebagai pembuat dodol nanas. Awalnya hanya seperti industry rumah tangga. Bahkan dulu untuk produksinya pun dulu hanya satu atau dua laki dalam seminggu. Namun karena berdasarkan data yang ada, di desa Tangkit baru ini untuk perhari bisa menghasilkan 11.000 nanas perhari, sedangkan daya tampungny hanya 5000 perhari.
“Kalau untuk idenya itu timbul dari diri saya sendiri, karena saya melihat adanya peluang yang ada. Kemudian di desa Tnagkiit ini kan banyak memberikan penghasilan nanas, bahkan menjadi penghasil nanas terbesar se-Provinsi Jambi, mulai dari situlah saya tertarik untuk membuat olahan dari nanas,” ungkap Baso kepada Harian Jambi, Jum’at (20/12).
Setelah itu, semakin lama ternyata banyak peminatnya. Permintaaan dipasr juga semakin meningkat. Oleh karena itu Baso mulai menginvestasikan sedikit ide untuk mengembangkan usahanya. Sebelum menjadi pengusaha dodol nanas, awalnya Baso juga menjadi pedagang yang langsung turun ke lapangan untuk berjualan nanas di pasar. Tapi ternyata itu juga bukan merupakan cara alternative yang bagus untuk mendapatkan penghasilan yang lebih dari produksi nanas yang dihasilkan masyarakat. Selain itu juga peminat nanas di pasaran juga kurang.
“Saya dulu berjualan langsung di pasar Angso Duo dan Tungkal, kalau sumpama nanas itu mau dijual ke tempat lain, sepertinya di tempat yang lain itukan juga mempunyai penghasilan nanas, makanya sama aja, harganya juga tidak stabil bahkan cenderung murah,” ujar Baso.
Mulai dari situlah Baso berfikir dan mencari ide alternative agar nanas itu bisa dimanfaatkan menjadi berguna. Hingga akhirnya Baso berminat untuk membuat nanas menjadi olahan makanan, yaitu dodol nanas. Baso berminat untuk membuat dodol nanas karena untuk membuat dodol nanas tidak diperlukan teknlogi yang rumit dan bahannya cukup mudah, yaitu nanas yang dihasilkan oleh daerah sendiri.
“Tapi ada hal utama yang menjadi daya tarik saya dalam memproduksi nanas, di mana pada waktu itu banyaknya nanas yang tergeletak di pinggir jalan yang tidak termanfaatkan, sedangkan produksi masyarakat setiap harinya memang nanas jadi kalau tidak dimanfaatkan itu rasanya mubazir. Selain itu dodol nanas bisa menjadi salah satu makanan oleh-oleh, walaupun pada waktu itu kemasannya belum menarik tapi peminatnya kan banyak makanya,” ujar ayah dari empat anak ini.
Dalam hal ini, Baso mendapatkan bahan nanas dari kelompok tani penghasil nanas. Nanas yang diambil dari kelompok tani adalah nanas yang kecil, karena nanas yang kecil merupakan nanas yang tidak mempunyai nilai jual dipasaran. Baso menjelaskan bahwa pada umumnya nanas yang yang dijual di pasaran merupakan nanas yang besar. Sedangkan untuk nanas yang kecil itu bisa merusak harga pasar. Oleh karena itu nanas yang kecil tersebut diambil Baso dan dibeli perkilo gram.
Sedangkan untuk membuat olahan dodolnya Baso membuat sendiri. Bahkan tidak pernah belajar ataupun latihan dengan orang lain. Sedangkan untuk kendala yang dirasakan Baso adalah dalam hal pemasaran, seperti tidak laku
“Pertama kali saya membuat dodol itu tidak langsung jadi, bahkan banyak yang gagal dan rusak, kemudian juga cepat jamuran, tapi saya terus mencoba sampai hasilnya benar-benar maksimal dan ternyata memang bisa,” paparnya.
Perkembangan yang cukup lama, membuat Baso terus berupaya untuk lebih baik. Akhirnya agar mendapatkan pemasaran yang bagus, Baso menitipkan dodol nanasnya di berbagai toko dan swalayan yang ada di Jambi. Dan ternyata lama-kelamaan dodol nanas Baso ini mulai dikenal bahkan bisa menjadi salah satu icon Jambi. Selain itu juga banyak pesanan dari masyarakat. Kemudian juga ada yang langsung datang ke lokasi, dan rata-rata untuk oleh-oleh. Bahkan Baso juga pernah mendapatkan pesanan dari Pkan Baru. Dan peluang pemasaran di Pekan Baru juga memang cukup bagus.
Kiat-kiat yang dimiliki Baso dalam mempertahankan usahanya adalah harus telaten, kemudian juga tidak mudah terpengaruh. Saat ini olahan buah nanas yang diproduksi Baso seperti Dodol nenas, salai nanas dan nenas goreng dan. Dan setelah usaha Baso ini berhasil, mulailah bermunculan home-home industri yang memproduksi olahan buah nanas dan jenis makanan lainnya. Pada dasarnya usaha olahan nanas Baso ini merupakan pemula dari masyarakat yang lainnya.
“Bisa dikatakan bahwa saya merupakan yang pertama yang menciptakan kegiatan dan usaha ini, setelah itu banyak masyarakat lain yang mengikutinya, dan bahkan bisa meningkatkan produksi serta peminat dodol,” ujar Baso.
Dalam hal ini, Baso juga sering mengikuti berbagai pameran dan juga lomba. Tidak sedikit juga penghargaan yang didapat oleh Baso. Di antaranya adalah penghargaan dari Horti Pertanian oleh Megawati Soekarni Putri, kemudian penghargaan sebagai pemuda pelopor di tingkat nasional, serta yang terbaru ini adalah penghargaan dari Presiden selaku pemilik usaha kecil, tepatnya pada tanggal 17 Desember yang lalu.
“Acara oenghargaan itu sebenarnya pada tanggal 28 November kemarin tetapi karena kesibukan presiden akhirnya ditunda sampai dengan tanggal 17 Desember, namu pada saat itu presiden juga sibuk jadi yang memberikan penghargaan diwakilkan olek Menko Kesra tapi atas nama presiden Susilo,” ungkap pria keturunan Bugis ini.
Penghargaan kualitas yang diterima Baso ini bukanlah hal yang muda, tetapi membutuhkan proses yang cukup lama. Baso menjelaskan bahwa yang membawa usahanya ke tingkat nasional adalah dari segi produktivitas. Produktivitas tersebut meliputi dari cara mengembangkan usaha, cara mengelola perusahaan dan juga cara mensejahterakan karyawan. Selain itu proses seleksi yang cukup panjang, yaitu mulai dari 40 besar sampai dengan 20 besar, dan Baso termasuk dalam bagian 20 besar. Masing-masing pengusaha yang mendapatkan penghargaan merupakan para UKM yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Oleh karena itu, merupakan hal yang wajar jika perjuangan Baso dalam membuat olahan nanas mendapatkan apresiasi dari pemerintah. Selain itu untuk omzetny sendiri, Baso bisa mendapatkan 40 samapi 50 juta perbulan. Bahkan untuk saat ini Baso juga menekuni usaha budidaya ikan lele, dengan tujuan untuk mempertahankan harga ikan tersebut dipasaran. Dan hasilnya juga cukup memuaskan.
Harapan ke depan untuk meningkatkan produktivitas budidaya olahan nanas, Baso akan terus mempertahankan dan juga akan terus mengelola usaha nanasnya agar terus berkembang. Baso juga memegang prinsip, sesuatu itu jangan terlalu direncanakan. Namun, tiba waktu, tiba akal. Ia menjelaskan, usaha kecil harus pandai-pandai mencari dan mengejar peluang, jangan hanya menunggu konsumen yang akan datang. “Saya juga mempunyai keinginan untuk menciptakan rumah nanas, di mana semua produktivitas usahanya berasal dari nanas,” tambah sarjana ekonomi ini.(rin)

NARKOBA DI KALANGAN REMAJA


PERKEMBANGAN NARKOBA DI KALANGAN KAMPUS DAN REMAJA
Banyak yang menjadi penyebab mengapa remaja di kalangan kampus dapat menyalahgunakan narkoba. Jika dilihat dari banyak kasus ada beberapa faktor mengapa mereka menggunakan narkoba. Di antaranya adalah factorindividu itu sendiri, minimnya fondasi agama, minimnya peran orangtua dan juga factor pergaulan lingkungan yang kurang kondusif.”
RIRIN, Jambi
Fenomena penggunaan narkoba di kalangan generasi muda semakin mencemaskan. Dilihat dari aspek usia yang kecanduan narkoba, mereka adalah remaja berusia antara usia 15-25 tahun. Fenomena pengedaran narkoba saat ini dilakukan secara terorganisir dan profesional. Oleh karena itu peredaran yang semakin marak, mengakibatkan penggunanya semakin meningkat. Apalagi beberapa waktu yang lalu, di Jambi mendapatkan peringkat ke lima tentang narkoba. Peristiwa ini menjadi salah satu beban untuk semua kalangan agar bisa menyelesaikan masalah narkoba yang tidak ada habisnya.
Saat ini pergaulan anak remaja terbilang luar biasa bebas. Kemudian pada umumnya seseorang mengenal dan menggunakan narkoba awalnya karena tawaran teman dekat. Lalu ingin coba-coba karena minat atau karena pengaruh teman. Hingga akhirnya remaja di kalangan kampus terjerumus dengan istilah lainnya adalah kecanduan. Sebab keinginantahuan dari remaja kampus akan hal-hal yang baru membuat mereka gampang terjerumus pada kegiatan yang negatif dan dapat merusak masa depan mereka sendiri.
Jenis narkoba yang digunakan, antara lain, ganja, putaw, obat-obatan psikotropika, shabu-shabu dan lainnya. Jenis narkoba yang terbanyak disalah-gunakan remaja adalah heroin (putaw). Cara penggunaannya yaitu lewat jarum suntik, diisap dengan bibir melalui gulungan kertas plastik di atas alumunium foil yang dipanaskan, dimasukkan dalam rokok dan dihirup.
Menurut keterangan dari Heriyanto selaku Kabid Pecegahan BNN Privnsi Jambi, larangan tentang narkoba Pengaturan tentang narkoba di Indonesia dapat ditemui dalam UU No. 22/1997 tentang Narkotika serta UU No. 5/1997 tentang Psikotropika. Namun, penerapan baik dari pihak hukum maupun kampus sepertinya belum berjalan secara maksimal.
“Pecandu narkoba itu diibaratkan dengan orang-orang mati di tengah-tengah orang hidup, hanya saja rohnya masih tetap menempel pada jasadnya,” ungkapnya.
Oleh karena itu, beberapa kampus yang ada di Jambi menerapkan system tes urine untuk calon mahasiswa. Tujuannya adalah sebagai salah satu upaya penganggulangan narkoba di kalangan kampus.
Penyebab Terjerumus Narkoba
Narkoba adalah zat-zat kimiawi, jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia baik secara oral, dihirup atau suntik (intravena) dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan pikiran seseorang.
Banyak penyebab mengapa remaja di kalangan kampus dapat menyalahgunakan narkoba. dilihat dari banyak kasus ada beberapa faktor mengapa mereka menggunakan narkoba. Di antaranya karena ditawari, mendapat tekanan dari teman sebaya atau mereka menggunakannya untuk menghindari atau melupakan konflik yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan menurut Heriyanto, dari beberapa kasus yang ada dinyatakan bahwa sebagian orang yang mengonsumsi narkoba dapat meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dalam memecahkan masalah.
Kemudian, faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang terjerumus pada narkoba adalah dari  individunya sendiri, yaitu karena memiliki kepribadian yang kurang matang yang disebab oleh pola asuh orangtuanya dalam keluarga kurang memberikan kasih sayang. Kemudian lingkungan tempat tinggal individu yang memungkinkannya untuk melakukan penyalahgunaan narkoba. Lingkungan menjadi salah satu penyebab narkoba karena pergaulan dari masyarakatnya. Dan, faktor yang lainnya yaitu kemudahan atau ketersediaan narkobayang cukup banyak, sehingga remaja bisa dengan mudah memperoleh narkoba. 
“Kalau menurut saya, tiga faktor itulah sepertinya yang menjadi penyebab remaja dan mahasiswa bisa terjerumus dalam narkoba. Karena antara individu, orang tua dan pergaulan di lingkungan itu saling mempengaruhi. Jika komunikasi antara individu dan orang tua baik, namun dilingkungan pergaulan banyak pemakai, amka dapat dipastikan remaja yan masih labil tersebut akan dengan mudah mengikuti pergaulan yang ada dilingkungannya,” ujar Heriyanto.
Selain itu, biasanya anak yang terjerumus dalam narkoba adalah kondisi anak-anak korban perceraian. Kondisi ini akan menimbulkan perma-salahan kurang percaya diri atau bahkan salah pergaulan. Keberatan beban karena terpaksa memikul beban orang dewasa akibat perceraian tadi membuat mereka cenderung lebih mudah tergiur untuk mencoba zat-zat adiktif yang dapat menghilangkan permasalahannya, padahal narkoba itu hanya akan melenakannya untuk sementara.
Pentingnya Peran Orang Tua
Peran orangtua menjadi sangat penting. Dalam  menghadapi permasalahan  penyalahgunaan dan peredaran narkoba  yang setiap waktu mengintai masyarakat. Orangtua dituntut  untuk bersikap tegas, lugas, disiplin  dan waspada dengan cara memasang mata, telinga  dan buka mulut untuk melakukan pencegahan semaksimal mungkin dengan melaporkan kepada pihak berwenang. Namun, aktifitas yang tinggi dari orang tua sering membuat orangtua mengabaikan hal-hal kecil dalam membangun hubungan komunikasi dengan anak.
Di era globalisasi sekarang, orangtua mempunyai beban tanggungjawab  yang besar untuk dapat menjaga, membesarkan, melindungi  anak-anaknya dengan penuh perasaan cinta. Bahkan untuk menghidari anak dari bahaya narkoba, orangtua juga harus meningkatkan peranannya sebagai pengawas. Pihak orangtua perlu membuat suatu peraturan yang jelas untuk anaknya. Karena dengan peraturan rumah yang jelas, anak akan tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Peraturan rumah tersebut selain harus diketahui juga harus dimengerti sehingga yang melanggar akan dihukum sesuai kesepakatan.
Peranan orangtua di antaranya sebagai pembimbing anak terutama untuk membantu anak dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dan memberikan pilihan-pilihan, saran yang realistis bagi anak, tapi jangan sampai menekan mental dari anak. Mungkin hal itulah yang dulu belum saya gunakan dengan baik untuk anak saya, sehingga karena kesibukan, anak saya pernah terjerumus dengan narkoba,” ungkap Maliki selaku orangtua.
Keluarga berperan sangat penting dalam menciptakan suasana yang dapat menghindarkan atau setidaknya minimalkan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Dalam keluarga ada beberapa hal yang menjadi sumber kelemahan anggota keluarga dalam menghadapi penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Di antaranya yaitu kurangnya keakraban emosional, konflik dalam keluarga serta kurang lancarnya komunikasi yang berdampak pada kurangnya pemahaman disiplin dan norma-norma religius.
Namun, kondisi kesalahan pola asuh pada anak juga bisa berpengaruh besar pada penggunaan narkoba. Kondisi tersebut adalah sikap orangtua yang terlalu memanjakan, selalu mengikuti kemauannya dan tidak memperkenalkan cara mematuhi aturan, tidak memupuk ketekunan, tidak memupuk kepercayaan diri, dan tidak mengenalkan cara untuk berempati pada orang lain. Ini merupakan kelemahan ketika memasuki masa rawan di usia remaja. Pola asuh seperti ini berdampak pada hilangnya kesempatan bagi anak untuk membentuk ego berupa kepercayan diri dan citra diri yang baik.
Pendidikan keluarga sering menjadi tidak efektif dan berdampak jangka panjang akibat kesalahan orangtua dalam mengasuh. Namun, pendidikan dari orangtua yang cenderung otorite, dingin dan mengabaikan perkembangan emosi, akan mengakibatkan perilaku anak menjadi pribadi yang kejam, besar ketergantungan pada zat adiktif, pemurung dan pemarah.
Oleh karena itu, orangtua perlu menguasai dasar-dasar mendidik anak, cara penerapan mendidik sehari-hari, kemudian sikap orangtua harus bijak kapan harus tegas dan kapan harus kompromi, serta harus mampu memahami psikologis anak.
“Pada dasarnya setiap orangtua mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menangani anaknya untuk menyiapkan pondasi masa depan mereka. Cara yang paling mudah itu adalah dengan memperhatikan, mendorong dan menyalurkan hobbi serta minat yang positif dari diri anak untuk kegiatan yang baik. Dengan cara yang seperti itu mungkin anak akan semakin mudah untuk melakukan komunikasi antara anak dengan orangtuanya,” ujar Rizki Takriyanti selaku Psikolog.
Minimnya Penanaman Nilai Keagamaan
Perkembangan dan Pengembangan diri anak dapat dimulai dalam lingkungan keluarga. Hal yang dilakukan orangtua yaitu dengan memperhatikan, mengawasi serta menyalurkan bakat dan minat anak kearah yang positif serta menumbuhkembangkan diri anak melalui pendidikan agama sejak dini. Orangtua adalah tempat menerima dan menumpahkan segalah persoalan, memberikan bimbingan, pengajaran dan pelatihan etika, dan moral secara berjenjang sesuai dengan perkembangan dirinya.
Biasanya, remaja yang terjerumus dalam narkoba selain karena factor keluarga dan lingkungan, mental keagamaan yang minim juga menjadi salah satu factor remaja tersebut untuk mencicipi narkoba. Oleh karena itu, peran orang tua untuk mendidik anak di antaranya adalah dengan menanamkan nilai-nilai agama secara maksimal. Dengan tujuan agar anak menjadi anak yang berbakti dan taat kepada orang tua.
“Di sinikan orangtua merupakan sumber untuk mengembangkan pendidikan agama yang kuat bagi kehidupan anak dimasa depan. Karena bimbingan pergaulan, aqidah dan tabiat  untuk anak adalah warisan orang tua terhadap anak. Dari hal itulah letak kunci sukses bagi orang tua dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya dalam membimbing anak. Jadi fondasi penanaman keagamaan yang kuat, bisa menjadi salah satu upaya dalam mencegah narkoba bagi anak remaja.
Dampak Narkoba Secara Psikologis
Sudah dapat dipastikan, bahwa dampak bagi para pengguna narkoba secara psikologis akan sangat berpengaruh. Sebab Narkoba atau Napza sangat berpengaruh bagi tubuh manusia. Baik fisik dan juga psikologis pemakai yaitu dalam bentuk perasaan, pandangan dan kesadaran bagi penggunanya.
Dampak buruk lainnya dari penyalahgunaan narkoba terhadap individu penyalahgunanya dapat berakibat menderita gangguan kesehatan, baik secara mental, sosial, spiritual, sampai dengan penderitaan berkepanjangan. Kemudian juga dapat terjadi gangguan fungsi yang antara lain dapat menyebabkan gangguan pada fungsi-fungsi organ vital, seperti halnya otak, jantung, ginjal, hati, paru-paru, pun alat reproduksi yang dimiliki wanita.
Ciri-cirinya dari pemakai narkoba secara psikologis di antaranya adalah kurang berminat kuliah ataupun sekolah (malas, kesulitan mengikuti mata kuliah serta pelajaran yang diberikan), sering mengeluh bermasalah dengan dosen/guru, orangtua maupun teman sebaya. Ciri lainnya adalah kurang percaya diri, atau terlalu percaya diri dan berani tambil berbeda dari yang lain, mudah bosan dan suka melakukan kegiatan beresiko tinggi.
“Selain itu juga menyebabkan gangguan jiwa, gangguan mental, penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan perilaku yang di luar batas manusia pada umunya,” ungkap Rizki Takriyanti.
Peran Hukum dan Pemerintah
Pada UU No. 22/97 & UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, ancaman hukuman bagi pelanggarnya sebenarnya sudah berat. Tetapi dalam penjatuhan vonis terhadap pelaku kenyataannya masih ringan. Hukuman penjara minimal 4 tahun sepertinya belum pernah terlaksana.
Oleh karena itu, untuk saat ini tidak perlu kaget jika masalah narkoba yang menjadi problem dunia dan menjadi musuh bersama tiap bangsa. Peningkatan jumlah produksi dan distribusi narkoba dewasa ini sangatlah mencemaskan.
“Karena meskipun di negara kita, secara normatif sudah ada Undang-Undang Narkotika dan Undang-Undang Psikotropika yang mengancam hukuman cukup berat bagi siapa saja yang terlibat dalam kepemilikan dan peredaran zat-zat berbahaya itu, nyatanya tidak ada tanda-tanda kasus-kasus narkoba akan berkurang,” ujar Rizki.
Namun yang menyulitkan penegakan hukum serta penanggulangan merebaknya narkoba adalah keterli-batan oknum-oknum penegak hukum itu sendiri.


Kiat-Kiat Penanggulangan Narkoba di Kalangan Kampus dan Remaja
Upaya pencegahan yang dilakukan sebelum penyalahgunaan terjadi biasanya dalam bentuk pendidikan, seminar atau penyebaran pengetahuan mengenai bahaya Narkoba, serta pendekatan dalam keluarga dan lain-lain. Cara ini bisa dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat dimanapun seperti sekolah, tempat tinggal, termpat kerja dan tempat-tempat umum.
Dukungan dan partisipasi aktif dari semua pihak, baik dari keluarga, pemerintah, Swasta, LSM, tokoh masyarakat, tokoh Agama, sangat diharapkan demi kelangsungan hidup generasi yang akan datang yang bebas dari penyalahgunaan narkoba.
Namun yang paling normati adalah peran orangtua terhadap anaknya yaitu melakukan komunikasi. Saluran-saluran yang tersumbat hendaknya dibersihkan sehingga dengan komunikasi jujur, terbuka dan lancar anak akan menjadi lebih bahagia. Karena yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba antar lain disebabkan adanya hubungan yang kurang dekat atau kurang komunikasi antara orang tua dan anak sehingga menyebabkan anak mencari pengganti (substitusi) dan kompensasi kedalam teman kelompok sebaya, dimana anak mulai berkenalan dengan narkoba.

INI Lohhh ... Masjid Kebanggaan Provinsi Jambi ... Masjid Al-Falah/ Masjid Seribu Tiang


Masjid Al-Falah, Masjid Kebanggaan Provinsi Jambi
MEMPERTAHANKAN ARSITEKTUR DAN DESIGN MASJID
Pengembangan dan pengelolaan suatu sarana ibadah merupakan faktor sangat penting. Tujuannya agar setiap umat manusia yang telah diberi hak untuk memperoleh kenyamanan dalam melaksanakan Ibadah. Oleh karena itu, pemerintah Provinsi Jambi juga memberikan perhatian khusus tentang hal itu yang ditandai dengan berdirinya masjid agung Al-Falah. Dengan adanya masjid ini diharapkan agar umat Islam bisa memanfaatkan semaksimal mungkin khususnya dalam hal ibadah.”
RIRIN, Jambi
Masji agung Al-Falah atau yang lebih dikenal dengan masjid seribu tiang ini adalah masjid terbesar yang ada di Provinsi Jambi. Masjid yang menjadi kebanggaan masyarakat Jambi ini terletak di Jalan Sultan Thaha Nomor 60 Kelurahan Legok Kecamatan Telanai Pura atau lebih tepatnya berada di pusat Kota Jambi. Pada dasarnya masjid di sebut seribu tiang bukan karena jumlah tiangnya ada 1000, tetapi jumlah tiang yang sebenarnya adalah 256. Namun karena jumlah tersebut memang banyak, maka di sebut seribu tiang.
Masjid ini memiliki luas bangunan 6400 meter persegi, dan berdiri di atas tanah seluas 2,7 hektar. Dalam luas tersebut, masji ini mampu menampung sekitar 10 ribu jamaah. Menurut Rajo Bungsu selaku imam madjid mengungkapkan bahwa masjid ini juga sering dikunjungi oleh ulama-ulama terkenal, salah satunya adalah almarhum KH Abdurrahman Wahid, Syech Ali Jabir, Ustazd Soleh Mahmud dan Zainudin Fikri (anak almarhum KH Zainuddin MZ).
Almarhum Gusdur dulu pernah singgah dan sholat di masjid ini, waktu masih menjabat sebagai Presiden RI. Kemudian wakil presiden Boediono, juga pernah singgah sholat Jum’at di masjid, kalau dak salah sekitar tiga tahun yang  lalu,” ungkapnya.
Rajo Bungsu juga menambahkan bahwa selain banyaknya jumlah ulama terkenal yang datang ke masjid, masjid Al-Falah ini juga pernah mendapatkan juara di tingkat nasional mengenai bidang riayah atau pemeliharaan pembangunan. Mendapatkan juara karena menurut penilaian juri bahwa masjid Al-Falah mampu memelihara arsitektur dan design masjid.
Rajo Bungsu juga menjelaskan bahwa tokoh dan ulama masyarakat yang ikut memprakarsai pembangunan masjid seribu tiang ini adalah Drs H Abdurrahman Sayoeti, Prof Syekh H Muhammad O Bafadhal, Prof DR H Chatib Quzuwain, Prof DR H Sulaiman Abdullah, H Abdul Kadir Ibrahim, H Saman Muhi, H Nurdin Abdul Ghani, Muhammad Daud (Al Hafizh), H Muhammad Jadawie, H Muhammad Yusuf Dahali, H Muhammad Zuhdito, H Said Magwie, Drs H Hasyip Kalimuddin Syam, H Majid Ghaffar, H Abdul Kadir Aripin dan juga beberapa tokoh lainnya.
Sejarah Pembangunan Masjid
Masjid Agung Al-Falah ini dibangun diatas lahan tanah sebesar 2,7 Ha dan memiliki luas bangunan sebesar 6400 meter persegi. Masjid yang terbesar di Kota Jambi ini, pada waktu pembangunannya cukup memakan waktu yang lama, yakni kurang lebih sekitar 10 tahun. Karena menurut Rajo Bungsu pembangunannnya dimulai dari tahun 1970 sampai dengan 1980. Namun pada dasarnya untuk perencanaan pembangunan masjid itu idenya sudah sejak tahun 1960.
Berdasarkan cerita dari Junaidi T Noor selaku sejarawan Jambi, mengatakan bahwa masjid agung Al Falah itu berdiri di lahan bekas Istana Tanah Pilih dari Sultan Thaha Syaifudin. Karena pada tahun 1858, saat terpilih menjadi sultan di kesultanan Jambi, Sultan Thaha Syaifudin membatalkan semua perjanjian yang dibuat Belanda dengan mendiang ayahandanya, karena perjanjian tersebut sangat merugikan kesultanan Jambi.
Akhirnya, Belanda mengancam akan menyerang Istana. Namun sebelum niatnya kesampaian ternyata Sultan Thaha telah lebih dulu menyerang pos Belanda yang ada di daerah Kumpe. Maka Belandapun juga menyerang dan menghancurkan istana Sultan Thaha,” lanjut Junaidi.
Kemudian pada tahun 1906, lokasi lahan Tanah Pilih yang dihancurkan oleh Belanda tersebut dijadikan sebagai asrama tentara Belanda. Namun dengan perjuangan yang gigih, akhirnya lokasi tersebut dapat dikuasai kembali oleh pemerintah Sultan Thaha. Setelah itu, lokasi Tanah Pilih ini menjadi markas asrama para tentara Jambi. Setelah itu, para ulama sepakat untuk merelokasi asrama tentara untuk dibangun sebuah masjid. Salah satu alasan dibangunnya masjid dilokasi tersebut karena lambang Jambi mengacu pada gambar masjid.
Kemudian sekitar tahun 1960 perancangan desain masjid sudah ditentukan. Namun untuk pelaksanaanya baru dibangun pada tahun 1970. Untuk dananya berasal dari APBD Provinsi Jambi. Setelah selesai dibangun, yaitu sekitar tahun 1980 dalam jangka kurang lebih sekitar tiga tahun barulah masjid tersebut diresmikan. Tepatnya setelah diproklamasikannya kemerdekaan Negara Republik Indonesia, dan tepat pada tanggal 29 September 1980, Masjid Agung Al-Falah ini diresmikan oleh Bapak Soeharto, yang menjabat sebagai Presiden RI pada waktu itu.
Pemberian Nama Masjid
Setiap sesuatu yang telah dibangun diperlukan suatu nama. Tujuannya adalah sebagai identitas yang sifatnya secara spesifik dapat melambangkan berbagai keunggulan dan kelebihan. Oleh karena itu setelah masjid tersebut dibangun, maka beberapa masyarakat Jambi pun menginginkan agar masjid tersebut mempunyai nama. Kemudian banyak nama alternatif yang timbul, namun para Ulama sepakat untuk memberikan sebutan masjid Al-Falah yang berarti Kemenangan. Makna dari nama Al-Falah itu adalah kehidupan manusia di dunia itu harus memperolah kemenangan, yaitu dnegan cara mempertebal keimanan, ketaqwaan dan juga menjalankan berbagai aktifitas sesuai dengan jalan Allah.
“Kalau untuk nama masjid seribu tiang itu lahir dari pendatang yang singgah di masjid. Karena melihat banyaknya tiang penyangga masjid, maka tanpa disadari pengunjung itu menyebut nama masjid seribu tiang, dan sejak saat itulah hingga saat ini masjid Al-Falah lebih dikenal dengan nama masjid seribu tiang,” ungkap Junaidi.
Keunikan Arsitektur dan Design Masjid Al-Falah
Masjid Agung Al-Falah ini merupakan masjid yang menjadi kebanggaan serta kemasyuran masyarakat Jambi. Damal hal ini, masjid Al-Falah mempunyai keunikan tersendiri, yaitu banyaknya tiang penyangga dan juga adanya sebuah kubah besar di bagian atasnya dengan warna beragam dan tulisan kaligrafi yang terbuat dari kaca. Masjid ini tidak memiliki dinding kecuali pada bagian Barat dan bagian Mihrab.
Dalam hal ini, bentuk bangunan Masjid Agung Al-Falah memiliki konsep terbuka atau tanpa sekat yang menimbulkan kesan ramah. Pada bagian tengah dihiasi dengan ornamen ukiran kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an, nama Allah, nama Nabi SAW dan Khulafaur Rasyidin yang dilengkapi dengan sebuah Bedug yang terletak dibagian depan Masjid.
“Rancangan bangunan yang terbuka tanpa pintu dan jendela,  itu memang sejalan dengan nama masjid yaitu kemenang yang bermakna memiliki kebebasan tanpa kungkungan, lebih terbuka tujuannya tidak lain agar muslim manapun bebas masuk dan melaksanakan ibadah di masjid ini,” ungkap Fachrori Umar selaku ketua masjid.
Hingga saat ini, bentuk arsitektur dari masjid tetap dipertahankan sesuai dengan bentuk awalnya. Menurut Mislan, renovasi memang ada namun itu hanya sekedar penambahan ukiran pada mihrab imam tanpa merombak bentuk awal masjid dan juga mengganti pembungkus tiang pada tahun 2008 yang lalu.
Kegiatan Rutin Masjid
Usaha Ta’mirul masjid atau memakmurkan masjid itu merupakan syarat penting dalam pembangun sebuah masjid. Oleh karena itu, selain dari aktifitas ibadah rutin, perlu juga dilengkapi dengan kegiatan yang lain. Dalam hal ini, masjid Al-Falah mempunyai beberapa kegiatan. Mulai dari kegiatan harian seperti sholat maktubah dan nafilah, baik bagi karyawan, Remaja masjid, Pelajar, masyarakat dan sebagainya. Kemudian juga kegiatan ceramah, bimbingan tempat manasik Haji dan Umrah dan juga pengajian setiap hari. Selain kegiatan harian, ada juga keiatan mingguan, diantaranya adalah aktifitas sholat Jum'at yang disiarkan langsung oleh RRI dan TVRI (Insidentil), Pengajian Majelis Ta'lim, BKMT, dan Pengajian Alhidayah serta Forsa yang rutin diadakan setiap hari Selasa.
Sedangkan untuk kegiatan bulanannya adalah pengajian Al Qur'an bagi remaja, Tabligh dan Tausiah serta pengajian masyarakat Intelektual. Namun ada juga kegiatan tahunan seperti menyambut tahun baru Hijriah, peringatan Isra' dan Mi'raj, peringatan Maulid Nabi, peringatan Nuzulul Qur'an, sholat Tarawih dengan Imam Tahfis 30 Juz setiap bulan Ramadhan, tadarus Al- Qur'an oleh IPQAH Provinsi Jambi, buka puasa bersama pada bulan Ramadhan, sholat I’dain (Idul Fitri dan Idul Adha) dan juga menyelenggarakan penyembelihan Hewan Qurban pada Idul Adha.
“Namun kalau setiap bulan Ramadhan itu kegiatan di masjid ini lebih banyak dan yang menjadi salah satu program masjid yang cukup menarik adalah tadarus Alquran yang setiap malamnya dan disiarkan langsung oleh RRI Jambi. Tadarus ini di isi oleh qori dan qoriah terbaik Provinsi Jambi termasuk para hafizh (penghapal Alquran) di provinsi Jambi,” ujar Rajo Bungsu.
Namun, untuk kegiatan yang lainnya itu juga ada tentang pemberantasan buta aksara arab, menyediakan pembinaan untuk para muallaf, wirid setiap malam Jum’at, pengajian setiap Jum’at, pengajian Subuh, i’tikaf setiap 10 hari terakhir atau waktu ganjil pada bulan suci ramadhan dan ada juga pramuka masjid untuk anak-anak yang berada di sekitar masjid Al-Falah.(rin)
MASJID KEBANGGAAN, HARUS MENJAGA FUNGSI DAN ARSITEKTURNYA
Sebagai masjid kebanggaan, sudah selayaknya jika masjid Al-Falah ini harus dijaga dan dilestarikan bentuk bangunan awalnya. Karena fungsi dari masjid ini adalah sebagai sarana untuk menimba ilmu pengetahuan baik untuk anak-anak, remaja ataupun yang tua. Yaitu melalui naungan pendidikan sekolah Al-Falah, kemudian juga pengajian. Pengajian tersebut tergabung dalam beberapa kelompok, mulai dari kelompok Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), Forum Organisasi Silaturrahhim Antar Pengajian (Forsap), maupun Pengajian Antar Maghrib-Isya (PAMI) dan sebagainya. Selain itu, fungsi yang lainnya adalah sebagai sarana peningkatan dakwah Islamiyah dan silaturahmi, baik dikalangan mahasiswa, cendikiawan dan juga para pengurus remaja masjid.
“Masjid inikan sebagai simbol kemasyhuran dan cita-cita masyarakat Jambi, jadi harus mengedepankan pengamalan agama dalam berbangsa dan bernegara, sesuai dengan lambang Negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah yang memiliki sebuah gambar Masjid, Gong dan Keris Siginjai yang dilengkapi pula dengan Air Sungai Batanghari,” ungkap Fachrori Umar.
Oleh karena itu, untuk tetap menjaga bentuk awal dari masjid bersejarah ini, renovasi masjid boleh saja dilakukan tetapi harusnya tidak menghilangkan bentuk semula dari masjid tersebut. Apalagi Masjid Al-Falah itu merupakan salah icon mewah yang ada di Jambi yang bisa menarik wisatawan. Jadi aritektur unik yang meliputi tiang penyangga yang menjadi ciri khas masjid dan juga hiasan kaligrafi al-Qur’an itu harus tetap dijaga.
"Jadi bentuk bangunan masjid tersebut harus dilestarikan, apalagi masjid merupakan salah satu masjid icon Jambi. Jadi dengan adanya ciri khas dari bangunan itulah nantinya juga dapat dijadikan salah satu daya tarik wisata di kota ini, oleh karena itu kegiatan dan ormanen bangunan itu selalu dipelihara," tambahnya.
Oleh karena itu, selaku ketua masjid Fachrori berharap agar ke depannya masjid ini bisa lebih meningkatkan kegiatan keagamaan, kemudian juga pengurusnya lebih kompak karena kalau pengurusnya kompak, cara memakmurkan masjid itu nantinya memang akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan.(rin)